Entri Populer

Rabu, 30 November 2011

Tazkiyatun Nafs: Jangan menunda-nunda beramal



Saif Al Battar
Sabtu, 26 November 2011 22:09:27
Orang yang akan melakukan perjalanan jauh pasti akan menyiapkan perbekalan yang cukup. Lihatlah misalnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Terkadang ia mengumpulkan harta dan perbekalan sekian tahun lamanya. Padahal itu berlangsung sebentar, hanya beberapa hari saja. Maka mengapa untuk suatu perjalanan yang tidak pernah ada akhirnya –yakni perjalanan akhirat- kita tidak berbekal diri dengan ketaatan ?! Padahal kita yakin bahwa kehidupan dunia hanyalah bagaikan tempat penyeberangan untuk sampai kehidupan yang kekal nan abadi yaitu kehidupan akhirat. Di mana manusia terbagi menjadi: ashabul jannah (penghuni surga) dan ashabul jahim (penghuni neraka). 
Itulah hakikat perjalananmanusiaa di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dna sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah berfirman yang artinya: 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr’: 18) 
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, 
“Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.”  (Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339) 

Umur Bukan Pemberian Cuma-Cuma 
Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan kembali. Setiap hari dari waktu kta berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Nabi bersabda yang artinya: 
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” 
(HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radliyallahu anha. Lihat Ash-Shahihah, no. 946) 

Jangan Menunda-nunda Beramal 
Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan: 
“Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.” 
Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu kalau umurnya akan panjang ? Kalau seandainya dia ditakdirkan panjang, apa ada jaminan dia akan sadar ? Atau justru akan bertambah kesesatannya ?! Allah berfirman yang artinya: 
“Dan tiada yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 
(QS. Luqman: 34) 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: 
“Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.”  (Ma’alim fi Thariqi ‘Ilmi hal. 32) 

“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi , janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.”  (HR. Al-Bukhari no. 6416) 
Selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan ? Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang ?! Allah berfirman menjelaskan penyesalan orang-orang kafir ketika datang kematian. 
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. ‘Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.”  (QS. Al-Mu’minun: 99-100) 
Umur Umat Ini 
Allah telah menakdirkan bahwa umur umat ini tidak sepanjang umur umat terdahulu. Yang demikian mengandung hikmah yang terkadang tidak diketahui oleh hamba. Nabi bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah: 
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.”  (Dihasankan sanadnya oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari, 11/240) 
Maksud dari hadits ini adalah bahwa keumuman ajal umat ini antara umur 60 hingga 70 tahun. Dengan bukti keadaan yang bisa disaksikan. Di mana di antara umat ini ada yang (mati) sebelum mencapai umur 60 tahun. Ini termasuk dari rahmat Allah dan kasih sayang-Nya supaya umat ini tidak terlibat dengan kehidupan dunia kecuali sebentar. Karena umur, badan, dan rizki umat-umat terdahulu lebih besar sekian kali lipat dibandingkan umat ini. 
Dahulu ada yang diberi umur hingga seribu tahun, panjang tubuhnya mencapai lebih dari 80 hasta atau kurang. Satu biji gandum besarnya seperti pinggang sapi. Satu delima diangkat oleh sepuluh orang. Mereka mengambil dari kehidupan dunia sesuai dengan jasad dan umur mereka. Namun mereka sombong dan berpaling dari Allah. Sehingga manusia pun terus mengalami penurunan bentuk fisik, rizki, dan ajal. 
maka manfaatkanlah sisa usia kita di jalan allah ‘azza wa jalla dengan memberantas kesyirikan di bumi ini dengan mengorbankan jiwa dan harta kita,Sehingga umat ini menjadi umat yang terakhir. Yang mengambil rizki sedikit dengan badan yang lemah dan pada masa yang pendek, mengambil jizyah dan atau ghanimah dan fa’i dari orang orang kafir yang hina. Supaya mereka tidak menyombongkan diri, dan hanya allah saja lah yang berhaq di ibadahi. maka untuk apa lagi kita menunda dan menanti untuk ‘amaliyat, sedangkan umur terus bertambah dan kematian tak terhindarkan. semoga allah ta’ala memberi karunia dan rahmat Nya kepada kita… dan ‘amaliyat kita diterima sehingga kita tergolong dalam golongan para syuhada….Amin
 
 wallahu ta’ala a’lam bis showab..
 
 (ashabul kahfi/arrahmah.com

Selasa, 29 November 2011

Keagungan Bulan Muharram


Kini kita berada di pekan pertama bulan Muharram 1433 H. Bulan Muharram adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Ia merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan salah satu dari empat bulan Haram.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah (9): 36)
وعَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : .. السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Dari Abu Bakrah RA dari Nabi SAW bersabda: “Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan Haram. Tiga bulan Haram berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzuhijah, dan Muharram. Satu bulan Haram lainnya adalah Rajab bangsa Mudhar yang berada di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bulan ini disebut bulan Muharram karena tergolong sebagai bulan Haram, sekaligus sebagai penegasan keharaman melakukan peperangan dan tindakan kezaliman lainnya di bulan ini. “Sebagaimana firman Allah di atas (yang artinya): “Maka janganlah kalian menganiaya diri dalam bulan yang empat itu!” (QS. At-Taubah (9): 36)
Imam Adh-Dhahak bin Muzahim berkata, ”Bulan-bulan tersebut disebut bulan Haram agar tidak terjadi peperangan pada bulan-bulan tersebut.”
Maksud ayat yang mulia di atas adalah janganlah kalian melakukan kezaliman dalam empat bulan yang Haram tersebut, karena larangannya dan dosanya lebih besar disbanding kezaliman pada bulan-bulan yang lain, meski pada dasarnya kezaliman kapan pun dilarang oleh Islam.
Sahabat Ibnu Abbas RA berkata: “Janganlah kalian melakukan kezaliman dalam seluruh bulan. Kemudian Allah secara khusus menyebutkan empat bulan. Allah menjadikannya sebagai bulan Haram dan Allah menegaskan larangan yang lebih kuat atas kezaliman pada bulan tersebut. Perbuatan kezaliman pada bulan tersebut akan lebih besar dosanya, dan amal shalih pada bulan tersebut akan lebih besar pahalanya.”
Qatadah bin Di’amah as-Sadusi berkata: “Sesungguhnya perbuatan kezaliman pada bulan-bulan Haram adalah lebih besar kesalahan dan dosanya, dibandingkan kezaliman pada bulan-bulan yang lain. Meskipun kezaliman dalam keadaan apapun besar dosanya. Namun Allah mengagungkan dari urusan-Nya apa saja yang Allah kehendaki.”
Wallahu a’lam bish-shawab
(muhib al-majdi/arrahmah.com)


BULAN MUHARRAM



Muharam adalah awal bulan tahun hijriyah, yang hitungannya berdasarkan peredaran bulan. Awal harinya dimulai dari tenggelamnya matahari dan bulannya ditandai dengan munculnya bulan sabit (hilal). Oleh karena itu tahun hijriyyah juga dinamakan tahun qomariyah. Tahun hijriyyah berpijak  dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW dai Makkah ke Madinah. Hijrah Nabi dijadikan tonggak alas an khalifah Umar bin Khattab, setelah melalui proses musyawarah dengan para sahabat lainnya.  Karena sejak itu, Allah swt menampakan dan memilah antara kebenaran dan kebatilan.
Muharam ditetapkan sebagai awal bulan dalam tahun hijriyyah oleh khalifah Umar bin Khattab RA, Usman bin Affan RA, Ali bin Abi Thalib KWJ, setelah mengadakan musyawarah dengan para pembesar sahabat lainnya. Meskipun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah terjadi pada bulan Robi’ul awwal. Muharam artinya yang dihormati, karena pada bulan ini manusia terlarang melakukan perbuatan yang tercela, seperti maksiat. Dalam bulan ini juga terlarang melakukan peperangan kecuali sangat terpaksa yaitu karena membela diri dan diserang terlebih dahulu. الله swt berfirman dalam surat al Baqarah ayat  194  yang artinya 

Bulan Haram dengan bulan haram dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

عن ٲبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم . وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة اليل.

“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Puasa paling utama setelah ramadhan adalah bulan Allah swt, Muharram. Dan shalat paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”(HR. Muslim)

Di dalam kitab “Kanzun an-Najah wa as-Surur” Syekh Abdul Hamid Quds hal. 10 mengatakan

قال الغزالى فى الأحياء عن النبى أنه قال من صام ثلاثة ايام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت   كتب الله تعالى له عبادة سبعماٸة عام

“Siapa yang berpuasa tiga hari dari bulan haram: kamis, jum’at dan sabtu, maka Allah swt menulis baginya ibadah 700 tahun”.

Semoga kita di Bulan Muharram ini bisa memanfaatkan waktu kita dengan sebaik-baiknya dengan melaksanakan ibadah kepada Allah swt, dengan segenap rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka dengan itu mudah-mudahan kita diberikan keridhoan oleh Allah swt. Aminnnn……

(Disarikan dari buku Sejarah Hari dan Hari bersejarah karya KH. Syekh Misbahul Anam at-Tijani)



40 NASIHAT SAYYIDINA ALI BIN ABI TALIB K.W.J



Berikut adalah 40 nasihat Sayyidina Ali Ibn Abi Talib k.w.j sebagaimana yang terdapat di dalam kitab Nahjul Balagh oleh Sayyidina Ali Ibn Abi Talib dan kitab Al-Bayan oleh Al-Imam Abu Othman Amru Ibn Bahr Al-Jaahidh r.a.:
1. Pendapat seorang tua adalah lebih baik daripada tenaga seorang muda.
2. Menyokong kesalahan adalah menindas kebenaran.
3. Kebesaran seseorang itu bergantung dengan qalbunya yang mana adalah hanya sekeping daging.
4. Mereka yang bersifat pertengahan dalam semua hal tidak akan menjadi miskin.
5. Jagalah ibubapamu, nescaya anak-anakmu akan menjaga kamu.
6. Bakhil terhadap apa yang ditangan adalah tidak mempunyai kepercayaan terhadap Allah SWT.
7. Kekayaan seorang bakhil akan turun kepada ahli warisnya atau ke angin. Tidak ada yang lebih terpencil daripada seseorang bakhil.
8. Seorang arif adalah lebih baik daripada kearifan. Seorang jahat adalah lebih baik dari kejahatan.
9. Ilmu adalah lebih baik daripada kekayaan kerana kekayaan harus dijaga, sedangkan ilmu menjaga kamu.
10. Jagalah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat dan angkatkan kesusahanmu dengan mendirikan solat.
11. Sifat menahan kemarahan adalah lebih mulia daripada membalas dendam.
12. Mengajar adalah belajar.
13. Berkhairatlah mengikut kemampuanmu dan janganlah menjadikan keluargamu hina dalam kemiskinan.
14. Insan terbahagi kepada 3: Mereka yang mengenal Allah, mereka yang mencari kebenaran dan mereka yang tidak berpengetahuan dan tidak mencari kebenaran. Golongan terakhir inilah yang paling rendah dan tidak baik sekali dan mereka akan ikut sebarang ketua dengan buta seperti kambing.
15. Insan tidak akan melihat kesalahan seorang yang bersifat tawadhu' dan lemah.
16. Janganlah kamu takut kepada sesiapa melainkan dosamu terhadap Allah.
17. Mereka yang mencari kesilapan dirinya sendiri adalah selamat daripada mencari kesilapan orang lain.
18. Harga diri seseorang itu adalah berdasarkan apa yang ia lakukan untuk memperbaiki dirinya.
19. Manusia sebenarnya sedang tidur tetapi akan bangun apabila ia mati.
20. Jika kamu mempunyai sepenuh keyakinan akan Al Haq dan kebenaran, nescaya keyakinanmu tetap tidak akan berubah walaupun terbuka rahsia rahsia kebenaran itu.
21. Allah SWT merahmati mereka yang kenal akan dirinya dan tidak melampaui batasnya.
22. Sifat seseorang itu tersembunyi di sebalik lidahnya.
23. Seseorang yang membantu adalah sayapnya seseorang yang meminta.
24. Insan tidur di atas kematian anaknya tetapi tidak tidur di atas kehilangan hartanya.
25. Barangsiapa yang mencari apa yang tidak mengenainya nescaya hilang apa yang mengenainya
26. Mereka yang mendengar orang yang mengumpat terdiri daripada golongan mereka yang mengumpat.
27. Kegelisahan adalah lebih sukar dari kesabaran.
28. Seorang yang hamba kepada syahwatnya adalah seorang yang lebih hina daripada seorang hamba kepada hamba
29. Orang yang dengki, marah kepada orang yang tidak berdosa.
30. Putus harapan adalah satu kebebasan, mengharap (kepada manusia) adalah suatu kehambaan.
31. Sangkaan seorang yang berakal adalah suatu ramalan.
32. Seorang akan mendapat teladan diatas apa yang ia lihat.
33. Taat kepada perempuan (selain ibu) adalah kejahilan yang paling besar.
34. Kejahatan itu mengumpulkan kecelakaan yang memalukan.
35. Jika berharta, berniagalah dengan Allah dengan bersedekah.
36. Janganlah kamu lihat siapa yang berkata tetapi lihatlah apa yang dikatakannya.
37. Tidak ada percintaan dengan sifat yang berpura-pura.
38. Tidak ada pakaian yang lebih indah daripada keselamatan.
39. Kebiasaan lisan adalah apa yang telah dibiasakannya.
40. Jika kamu telah menguasai musuhmu, maafkanlah mereka, kerana perbuatan itu adalah syukur kepada kejayaan yang telah kamu perolehi

Minggu, 27 November 2011


Anak Sholeh Harapan Bangsa

                                             Muhammad Fadil

Puji syukur semoga selalu terlimpah ruahkan bagi Sang Pencipta alam semesta, yang telah menganugerahkan kepada kita rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kita semua mampu untuk terus-menerus menghidupkan semua perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.


Wahai Dzat Yang Maha Pengasih kasihilah kami ...
Wahai Dzat yang kasihnya tak pernah pilih kasih...
Sayangnya tak kenal sayang ...
Tunjukanlah kepada kami jalan untuk lebih dekat dengan-Mu


Untaian sholawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada sang pembawa risalah agung, pemimpin umat manusia, seorang Rasul yang amat belas kasih, Rasul yang menginginkan keselamatan bagi kita, Rasul yang akhlaknya adalah Al-quran. Beliaulah kanjeng Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah menjadi rahmat bagi seluruh alam, juga kepada keluarga dan sahabat beliau yang selalu berpegang teguh pada sunnah baginda Muhammad SAW.


Ayyuhal muslimun rahimakumullah...
 Ungkapan syukur alhamdulillah itulah yang kini dapat kita ucapkan setelah kita dijadikan muslim oleh Allah. Agama yang paling diridloi disisi Allah, agama yang dibawa oleh seorang utusan pilihan, agama yang universal, agama yang mencakup segala hal. Agama islam mengajarkan banyak hal yang dahulu kita tidak banyak tahu tentang hal tersebut. Maka sebagai seorang yang beragama islam kita memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga keutuhan dan kemurnian ajaran islam.


Ayyuhal muslimun rahimakumullah...
 Dalam kehidupan kita akhir-akhir ini, banyak kita jumpai dimasyarakat, anak-anak muslim sedikit demi sedikit mulai meninggalkan ajaran islam yang telah dibawa oleh Rasul.


Di saat-saat seperti sekarang ini, anak-anak kita lebih suka kepada budaya-budaya yang merusak yang jelas menentang ajaran islam. Di era globalisasi ini pemuda dan pemudi Islam sudah mulai enggan untuk mengkaji agamanya yang telah diajarkan oleh para leluhur mereka. Di Zaman ini tontonan bagi mereka adalah tuntunan dan sebaliknya tuntunan hanya menjadi tontonan semata. Naudzubillah...
Di zaman ini putra-putri kita mulai jauh dari agama, jauh dari para ulama, jauh dari majlis-majlis kebaikan, jauh untuk mendengar hadist-hadist Rasul, jauh untuk mengaji al quran, jauh untuk memenuhi dan meramaikan masjid, bahkan diantara anak-anak kita ada yang tidak mengerti ajaran islam itu sendiri, dan inilah yang sedang terjadi saudara. Sedih...sedih...rasanya sebagai sesama muslim melihat fenomena yang seperti demikian ini. Mari kita telaah kembali ajaran islam dalam mendidik anak-anak kita agar menjadi anak sholeh yang dapat diharapkan oleh agama, bangsa dan negara.


Ayyuhal muslimun rahimakumullah...
Dalam islam, anak adalah titipan dari Allah kepada kedua orang tua. Anak adalah amanat Allah yang harus kita jaga dan didik dengan sebaik-baiknya, dan amanat tersebut akan kita pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT kelak. Baik dan buruknya anak bergantung dari bagaimana kedua orang tua mendidiknya. Dan kita harus tahu bahwa mendidik anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak semua orang yang berbudi baik mampu mendidik anak-anaknya dengan baik pula. Anak bisa saja menjadi batu sandungan dalam dakwah orang tua, bisa juga menjadi penghalang perbuatan taat orang tua kepada agama. Anak juga bisa menjadi musuh bagi kedua orang tuanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah didalam Al-quran surat At-Taghabun ayat 14-15 (yang artinya):


“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan(bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.”


Jadi, dalam mendidik mereka harus dengan sabar dan penuh kasih sayang,
Ayyuhal muslimun rahimakumullah...
Maksud dari ayat di atas adalah terkadang istri ataupun anak kita dapat menjerumuskan kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itulah Rasul SAW mengajarkankan kepada kita beberapa metode agar kita memperoleh anak yang sholeh di sisi Allah, Rasul, dan semua manusia. Bukan anak yang merusak citra dari intisari ajaran islam. Beliau SAW bersabda (yang artinya):


“Ajarkanlah anak-anak kalian tiga hal: (1) cinta kepada Nabi, (2) cinta kepada keluarga Nabi, (3) gemar membaca Al-quran.”


Ayyuhal muslimun rahimakumullah...
Hadits tersebut menjelaskan 3 hal: Yang pertama cinta kepada Nabi. Coba kita lihat pribadi Nabi, seorang yang cerdas, akhlak beliau yang begitu mulia, dimana ketika istri Nabi ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak Nabi beliau menjawab akhlaknya adalah Al-quran, dan semua hal yang baik ada dalam diri beliau. Apabila rasa cinta akan pribadi beliau tertanam dalam diri anak-anak kita, maka pasti anak kita kelak menjadi anak yang sholeh yang dapat di banggakan oleh semua orang, anak yang akan menyelamatkan kedua orang tuanya di dunia dan di akhirat.


Poin yang kedua adalah cinta kepada keturunan beliau. Kita ambil contoh yang ada di bumi indonesia. Masihkah kita ingat para penyebar islam di negeri kita?   para wali songo yang mereka semua adalah anak cucu Rasulullah, yang mana akhlak mereka, tutur kata mereka dan cara mereka bergaul meniru akhlak Rasul SAW, sehingga mereka mampu mengislamkan banyak orang. Bila kita mampu mendidik anak-anak kita untuk mencintai mereka, maka dengan sendirinya anak-anak kita akan mencoba untuk mencontoh mereka dan dengan menbontoh akhlaq mereka berarti mencontoh pula kahlaq Rasul SAW..


Poin yang terakhir adalah gemar membaca Al-quran. Di zaman ini sudah sangat langka orang yang bisa membaca Al-quran dengan baik dan benar. Apabila anak-anak kita sejak dini sudah dibiasakan untuk gemar membaca Al-quran, maka pada saat dewasa ia termasuk anak yang sholeh. Dan ke semuanya ini tidak akan dapat terlaksana tanpa kontrol dari orang tua. Seluruh permasalahan hidup baik dunia maupun akhirat sudah tertera didalam kitab Al-quran. Bila anak kita mampu menerapkannya dalam kehidupannya akan selamatlah umat Rasulullah ini.


Ayyuhal muslimun rahimakumullah...
Sebagai orang islam, dalam mendidik anak-anak hendaknya kita banyak bercermin pada Al-quran. Didalam Al-quran terdapat kisah-kisah orang-orang sholeh dalam mendidik anak-anak mereka, contohnya kisah Luqman al-hakim yang berjuang keras mendidik dan menasehati anak-anaknya agar selalu melakukan amal sholeh dan tidak meyekutukan Allah. sebagaimana tertera dalam surat Lukman ayat 17-18 (yang artinya):


“Hai anakku, dirikanlah sholat dan surulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”


Mari kita jadikan diri kita, anak kita, dan keluarga seta masyarakat kita sebagai muslim yang taat pada ajaran agamanya, karena dengan hal tersebut, maka kita akan selamat, baik di dunia maupun di akhirat.


Terutama pada anak-anak, mereka adalah generasi kita selanjutnya, kita didik dengan sebaik mungkin. Kita ajari mereka agama Islam yang baik. Jika anak tidak tahu akan agamanya, siapa yang mendoakan kita kelak ketika kita sudah mati? Hanya anak yang tahu akan agamanyalah yang akan mendoakan kita.

Allahu Akbar