Entri Populer

Rabu, 07 Desember 2011

Pentingnya Merawat dan Memperbaiki Batin


DALAM sebuah kisah sufi yang terkenal, tersebutlah sebuah kisah tentang seorang pemuda ahli ibadah dan seorang pecinta dunia. Suatu hari, si ahli ibadah memasuki hutan yang penuh dengan singa. Melihat kedatangan pemuda ahli ibadah tadi, singa-singa di hutan itu merasa senang dan menyambutnya. Sementara itu, si pecinta dunia yang tatkala itu sedang berburu, baru saja memasuki hutan yang sama. Melihat kedatangan si pecinta dunia dan rombongannya, singa-singa itu mengaum siap menerkam sehingga membuat mereka merasa ketakutan.

Si ahli ibadah melihat kejadian itu dan dia berusaha menenangkan singa-singa tersebut. Maka berkatalah si ahli ibadah kepada si pecinta dunia dan orang-orangnya setelah menenangkan singa-singa ini, “Kalian hanya memperbagus dan memperindah penampilan luar saja, maka kalian takut kepada singa. Adapun kami, kami selalu memperbaiki dan memperbagus batin kami, sehingga singa pun takut kepada kami.” Kisah di atas memuat pelajaran penting tentang hati sebagai pusat kebaikan. Hati adalah ibarat Raja yang punya hak veto dalam memerintah seluruh anggota jasmani menuju perbuatan baik atau jahat. Untuk merawat dan memperindah hati agar bercahaya, maka seseorang perlu terus-menerus mempertahankan dan mengamalkan kebaikan. Hati akan terus bersih, bening dan bercahaya jika kejahatan terus dihindari, jauh dari debu-debu dengki, riya`, takabbur, dan cobaan dijalani dengan ikhlas.

Memelihara hati bukanlah tugas yang sulit. Ini merupakan tugas yang wajib dilakukan setiap Muslim. Andaikata pun sulit atau mudah, itu harus dilakukan agar hati yang bersih berpendar dengan sinar kebaikan. Hati adalah wajahnya jiwa. Orang yang jiwanya baik, hatinya akan baik. Cara memperbaiki jiwa dengan memperbaiki hati. Hati, dalam pandangan Imam Abdullah Al-Haddad adalah tempat penglihatan Allah. Sebelum yang lain, Allah melihat hati seseorang terlebih dahulu. Di sisi berbeda, anggota lahir badan kita menjadi tempat perhatian sesama makhluk yang acap dipandang dengan pandangan kekaguman.

Dalam sebuah doanya, Rasulullah SAW mengatakan :

"Allahummaj`al Sariiratiy Khairan Min `Alaaniyatiy Waj`al `Alaaniyatiy Shaalihah." (Ya Allah, jadikanlah keadaan batinku lebih baik dari keadaan lahirku dan jadikanlah keadaan lahirku baik). Inilah salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi kepada Allah. Di dalamnya terkandung permintaan agar menjadikan suasana hati lebih bagus ketimbang keadaan lahir. Pertanyaanya, mengapa nabi menitikberatkan pada batin atau hati? Imam Abdullah menjawab: “Ketika hati baik, maka keadaan lahir akan mengikuti kebaikan itu pula. Ini merupakan sebuah kepastian.” Keyakinan ini didasarkan pada peringatan sabda Nabi Muhammad SAW sendiri: “Di dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim)

Hati Sebagai Pusat Segalanya

Setiap orang pasti menyukai keindahan. Banyak orang yang memandang keindahan sebagai sumber pujian. Ribuan kilometer pun akan ditempuh demi mencari suasana dan pemandangan yang indah. Uang berjuta-juta akan dirogoh untuk memperindah pakaian. Waktu akan disediakan demi membentuk tubuh yang indah. Perhatikan bagaimana Rasulullah SAW yang meski pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa dan pangkat, tapi tidak berkurang kemuliaannya sepanjang waktu. Rasulullah SAW tidak menempuh ribuan kilo, merogoh harta demi singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, penghargaan terhadap beliau tidak luntur dan menyusut ditelan masa. Beliau adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya. Kunci keindahan yang sesungguhnya adalah ketika kita mampu merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati. Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.

Hati adalah penggerak, raja, poros, dan pusat segala ibadah. Hati yang thuma`ninah (tenang) akan dapat membuat orang ringan bangun malam, membaca Al-Qur`an, datang ke masjid, dan semua amal shalih lainnya. Hati bisa mengajak kepada kebaikan sekaligus di saat yang sama bisa mengajak kepada kejahatan. Kita melihat tidak sedikit orang yang mempunyai anggapan bahwa melakukan maksiat tidaklah mengapa asal hati kita baik. Anggapan dan keyakinan seperti ini jelas merupakan kesalahan besar. Menurut Imam Abdullah, orang yang berpendirian semacam ini adalah pendusta besar. Lahir dan batin haruslah berimbang dan sama-sama baik. Seumpama makanan, ia akan diminati orang jika isi dan bungkusnya baik.

Kebaikan yang dibuat-buat juga harus dihindari. Ada orang yang berjalan membungkuk, mengenakan tasbih, pakaiannya pakaian orang saleh. Di balik semua ini, kita melihat dalam batinnya orang seperti ini tertanam cinta dunia mengakar kuat, keangkuhan, kebanggaan pada diri sendiri, serta kegilaan pada pujian. Menurut Imam Abdullah, orang semacam ini adalah orang yang berpaling dari Allah. Dalam sebuah peristiwa, Sayidina Umar ra. melihat seorang yang berjalan di hadapannya dengan membungkuk sebagai bentuk ke-tawadhu-an. Melihat ini, Sayidina Umar berkata, “Takwa itu bukan dengan cara membungkukkan badanmu. Takwa itu ada di dalam hati.”

Bagaimana jika seseorang tidak mampu memperbaiki batin lebih dari keadaan lahirnya? Menurut Imam Abdullah Al-Haddad, hendaknya ia menyamakan kebaikan lahir dan batin meski idealnya meningkatkan kebaikan batin lebih diutamakan dan disukai. Orang yang memiliki hati yang bersih, tak pernah absen bersyukur kepada Allah, Penguasa jagat alam raya ini. Pribadinya menyimpan mutu dan pesona. Tak mudah jatuh dalam kesombongan dan kepongahan di kala merebut sesuatu namun tetap istiqamah tunduk pada Allah. Orang yang mempunyai hati yang baik akan terus bersikap rendah hati walaupun berpangkat tinggi dan harta melimpah. Mari bersihkanlah hati ini, beningkanlah dari segala kotoran, isilah dengan sifat-sifat yang baik agar ia tetap terang benderang, bersinar dan bercahaya serta selalu cenderung kepada kebaikan dan takwa.

Habib Ali Akbar Bin Agil 
Penulis staf pengajar di Ponpes. Darut Tauhid, Malang- Jawa timur

Senin, 05 Desember 2011

Sehat dengan Air Putih Cara Nabi


 
        UNTUK sehat sejatinya tidak sulit. Seluruh ciptaan Allah yang diperuntukkan bagi manusia hakikatnya baik. Sebut saja misalnya, air putih atau air mineral yang biasa dikonsumsi setiap hari. Secara medis air putih terbukti ampuh dalam menjaga stabilitas kesehatan tubuh. Sayangnya, sekalipun air putih tergolong mudah didapatkan dan mengandung zat penting yang dibutuhkan tubuh, kesadaran dan kemauan manusia modern untuk minum air putih sesuai anjuran medis masih juga belum menggembirakan. Padahal hampir semua orang tahu dan mengerti manfaat air putih. Namun dalam praktiknya masih tidak sedikit di antara kita yang abai dalam memanfaatkannya secara optimal. Jadi tidak keliru ungkapan seorang Fritjof Capra yang keheranan melihat perilaku manusia modern. Canggih teknologinya namun rendah kesadarannya terhadap kesehatan tubuh.

Minum Untuk Kesehatan Tubuh
           Umumnya air putih masih digunakan sebatas sebagai pelepas dahaga. Jadi kala terasa haus baru mencari air putih, sehingga manfaat air putih belum dapat dirasakan secara optimal. Padahal selain melepas dahaga, air putih juga bisa memelihara dan menstabilkan kesehatan tubuh, sekaligus mengobati beragam penyakit. Penyakit akibat ketidaksempurnaan metabolisme misalnya, bisa diterapi dengan lebih banyak minum air putih. Seperti kita pahami bahwa metabolisme berperan besar dalam memelihara kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kualitas dan kelancaran metabolisme. Melalui metabolisme zat makanan dapat diolah secara maksimal, sehingga makanan yang dikonsumsi benar-benar memberikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Sekalipun pada usia 40 tahun ke atas metabolisme manusia bisa melambat, namun masih ada alternative agar tubuh tetap bisa meningkatkan metabolismenya dengan lebih baik. Satu di antaranya ialah dengan lebih banyak minum air putih. Tubuh membutuhkan air untuk proses pembakaran kalori. Jika tidak tubuh akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Jika dibiarkan maka akan memicu pelambatan sistem kerja metabolisme. Oleh karena itu perbanyaklah minum air putih.
            Sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang dewasa yang minum delapan gelas air atau lebih dalam sehari, mampu membakar kalori lebih banyak daripada mereka yang minum empat gelas saja. Jadi cobalah minum air putih sebagai kebutuhan, meski sedang tidak haus. Dalam kondisi normal tubuh kita memerlukan antara dua hingga tiga liter air perharinya. Selain itu meminum air putih secara teratur dan benar juga akan memurnikan tubuh manusia. Sebab dengan cara demikian usus besar dapat bekerja dengan lebih efektif untuk membentuk darah baru atau aematopaises. Air putih juga bisa memperlancar sistem pencernaan, memperlambat tumbunya zat-zat pemicu kanker, termasuk perawatan kecantikan. Bila kurang minum air putih tubuh akan menjadi kering dan berkerut. Dengan banyak minum air dapat menjaga kelembaban kulit sekaligus menyehatkannya. Bahkan meminum air putih secara benar dapat meningkatkan produksi hormone testosterone yang berguna bagi kesuburan laki-laki dan meningkatkan hormone estrogen pada wanita. Kemudian, jika ada yang ingin menguruskan badan juga tidak perlu terlalu repot. Cukup dengan minum air putih hangat. Lakukan sebelum makan (sampai terasa agak kenyang), sehingga mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Hal ini sangat efektif, sebab air tidak mengandung kalori, gula ataupun lemak. Manfaat dan potensi dahsyat air putih telah disebutkan dalam al-Qur’an. Disebutkan bahwa air adalah sumber kehidupan. Tanpa air akan terhentilah sistem kehidupan dunia.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.” (QS. 21: 30).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)

Manusia boleh tidak makan tapi jangan tidak minum. Sebab akan berujung pada kematian. Orang bisa bertahan hidup sampai tiga puluh hari tanpa makan, tetapi bisa meninggal gara-gara tidak minum selama berhari-hari. Air begitu penting dan tubuh amat bergantung padanya selama proses biologis berlangsung. Itulah mengapa rasulullah saw tetap menganjurkan umatnya agar tetap bangun sahur dan bersegera untuk berbuka walau hanya dengan minum air putih saja. Meski meminum adalah hal, kecil, Islam berbeda dengan umat lain. Islam mengajarkan adab dan tata-cara yang tak dimiliki agama lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri, maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR. Ahmad no 8135)

Adab lain Islam terhadap minum adalah tidak meniupnya.
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum sebanyak tiga kali.” Dan beliau bersabda, “Hal itu lebih segar, lebih enak dan lebih nikmat.” Anas mengatakan, “Oleh karena itu ketika aku minum, aku bernafas tiga kali.” (HR. Bukhari no. 45631 dan Muslim no. 2028)

Dengan demikian mari biasakan minum air putih dan meminum cara Nabi agar tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari beragam penyakit, dan InsyaAllah lebih barakah. Wallahu a’lam.

Sumber: Hidayatullah.co.id

Sabtu, 03 Desember 2011

Susu Indomilk, Kemasan Mengandung Pesan Berbahaya



Seorang pembaca Harian Republika, Anangga K, dari Tangerang, menulis Surat Pembaca pada hari Jum’at (02/12/2011) tentang pesan berbahaya yang terdapat dalam kemasan Susu bubuk full cream ukuran 400 gr bermerk Indomilk. Berikut lengkapnya!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Fakta ini saya temukan secara tidak sengaja sekitar dua hari lalu (29/11). Pada hari itu, saya dan istri saya pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari di hipermarket terdekat. Seluruh kebutuhan tersedia dan kami temukan dengan mudah. Keganjilan muncul di benak saya ketika kami membeli susu bermerek Indomilk bubuk full cream instan ukuran 400 gr (JBC1025002).
Ketika istri saya menunjukkan susu bubuk yang dimaksud, tersirat dalam pandangan saya hal yang aneh dalam kemasannya. Setelah diperhatikan lagi, ternyata orang tua dalam foto keluarga yang menjadi model kotak susu itu adalah kedua-duanya pria.
Pada umumnya, apabila sebuah brand susu menampilkan foto keluarga, pasti terdiri atas keluarga utuh-ayah, ibu, dan anak-bukannya ayah, ayah, dan anak. Disadari atau tidak, gambar tersebut memiliki pesan, sebuah keluarga yang sehat terdiri atas ayah dan suaminya yang memiliki seorang anak-hasil adopsi atau tidak.
Mungkin hanya pikiran saya yang terlalu mengada-ada atau memang pesan nyata yang disampaikan oleh produsen susu tersebut, eksistensi kaum penyuka sesama jenis saat ini mulai dipublikasikan di Indonesia. Melalui media-media yang banyak orang dewasa tidak menyadarinya.
Padahal, seperti yang kita tahu, susu tersebut ditujukan untuk anak-anak yang daya tangkap subconcious brain-nya sangat baik. Hal terburuk yang dapat terjadi apabila dibiarkan terus-menerus adalah pembentukan karakter anak menuju arah yang salah.
Entah kekeliruan ini merupakan ketidaksengajaan atau sesuatu yang disengaja, saya pribadi mengimbau pada produsen susu Indomilk untuk menginspeksi kemasannya. Hal itu untuk kelangsungan pemuda negara kita agar menjadi lebih baik. Terima kasih. Wassalam.

Anangga K 
Cluster Bavaria BV 6 No 16 Kota Modern, Tangerang

Jumat, 02 Desember 2011

Hadis-Hadis Seputar Puasa ‘Asyura:

http://tausyah.wordpress.com/Puasa-Asyura


 1. Dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa ‘Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam , berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda:
“Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian“ Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa.  (H.R. Bukhari dan Muslim)

4. Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda :
“Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)

5. Imam Ahmad dalam Musnadnya membawakan tambahan:
“Hari ‘Asyura adalah hari ketika perahu Nabi Nuh berlabuh di bukit Judiy, lalu Nabi Nuh berpuasa sebagai bentuk syukur.”
Bagaimana Berpuasa ‘Asyura ?
Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :

- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (tgl 9, 10 & 11).
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits.
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9, 10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat.
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari setiap bulan.

Semoga bermanfaat>>>

Kamis, 01 Desember 2011

Mujahadah, Kunci Utama Meraih Sukses Hakiki






             SIAPA yang tidak ingin menjadi orang sukses? Tentu semua orang menginginkannya. Meraih kesuksesan adalah fitrah manusia. Oleh karena itu kita lihat setiap orang punya cita-cita, harapan, kesibukan dan beragam rupa kegiatan.  Setiap anak dimotivasi untuk rajin belajar. Setiap remaja diarahkan untuk cerdas dalam bergaul. Dan, setiap pemuda dibimbing untuk memiliki jiwa kepemimpinan. Semua itu terjadi karena fitrahnya setiap orang pasti ingin meraih sukses. Sayangnya, di era modern ini sukses selalu identik dengan kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan. Sudah tidak begitu banyak lagi orang yang beranggapan terpeliharanya iman, akhlak, bahkan ketekunan dalam hal ibadah sebagai prestasi. Itu mengapa tidak banyak orang yang benar-benar serius memelihara imannya. Agama tidak lebih dari ritual dan seremonial belaka.
          Kondisi tersebut mengantarkan sebagian besar umat Islam pada cara berpikir pragmatis atau cara berpikir instan. Akibatnya mereka tak mampu memahami hakikat kebahagiaan. Hanya kesenangan-kesenangan berupa materi-jasadiah saja yang mampu membuat mereka tersenyum. Padahal hakikat kesuksesan itu terletak pada kuatnya iman, kokohnya akidah, dan tegaknya amal ibadah dalam diri setiap muslim. Dengan hal itulah seorang muslim tidak akan tersesat lagi menderita. Jika demikian, hal utama yang mesti dilakukan ialah bermujahadah dalam memelihara iman, memurnikan akidah, dan menegakkan amal ibadah. Apabila iman terpelihara, akidah terjaga, dan ibadah terlaksana dengan baik, maka akan terbangun mental kerja yang lebih kuat dari pada mereka yang tidak terpelihara imannya. Dalam bahasa Inggris dikenal motto, “Doing the best what can I do.” Bahkan orang beriman siap ‘bekerja’ lebih hebat tanpa imbalan apapun dari manusia. Baginya, hasbiyallah wani’mal wakil. Ia yakin benar dengan firman Allah;

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاء وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْاْ تَتْبِيراً


“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al- Israa’ [17]: 7). 

Itulah keyakinan para nabi dan rasul yang karenanya mereka dikenang dan dijadikan tauladan oleh Allah bagi kita semua. Bukan karena atribut, kekeayaan, kedudukan, kekuasaan, atau apapun, nabi dan rasul itu harus diteladani. Tetapi karena keimanannya yang teguh kepada Allah SWT. Serta mujahadah mereka yang sangat luar biasa untuk meraih keridhoan Allah SWT. Jika dilihat dari sudut pandang keduniaan (materi), hampir semua nabi dan rasul hidup serba kekurangan bahkan sengsara. Kesabaran mereka benar-benar ditempa hingga sampai pada derajat sempurna. Dengan demikian tidak ada prototype manusia paling sukses bagi seorang muslim selain para nabi dan rasul.

Sukses Hakiki
Apa yang dimaksud sukses hakiki bagi seorang muslim? Tentu tiada lain adalah keridhoan Allah SWT. Dengan ridho-Nya kita akan menerima pembalasan terbaik dari-Nya berupa surga. Sebuah tempat penuh kenikmatan, kesenangan, dan kebahagiaan yang dihadiahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang diridhoi. Mungkinkah kita mendapatkan keridhoan Allah? Keridhoan Allah itu akan diberikan kepada siapa saja yang bermujahadah ingin mendapatkannya. Tidak peduli orang miskin, kaya, tampan, cantik, besar, kecil, putih, hitam, tinggi, pendek, pejabat atau rakyat sekalipun. Semua berpeluang sama untuk mendapat keridhoan Allah SWT. Tinggal mujahadah masing-masing untuk mendapatkannya.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِي

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al 'Ankabuut [29]: 69).


Mujahadah Mush’ab ibn Umair
       Dunia dan segala kenikmatan di dalamnya hakikatnya hanyalah ujian. Siapa yang menjadikannya sebagai tujuan maka binasalah ia untuk selama-lamanya. Hal ini bisa kita buktikan melalui sunnatullah kehidupan. Bahwa apa pun yang ada di dunia ini akan mengalami perubahan bahkan hilang. Wanita yang hari ini cantik esok akan tua dan keriput, dan hilanglah kecantikannya. Manusia yang hari ini menjabat, esok akan berhenti, lalu tua renta, dan selesailah riwayatnya. Demikian pula dengan kekayaan. Pada akhirnya semua akan hilang dengan sendirinya dan mau tidak mau pasti ditinggalkan. Kesadaran tersebut rupanya tertanam kuat pada diri Mush’ab ibn Umair. Pemuda Makkah yang dari lahir hingga dewasa selalu hidup dalam kemewahan. Wajahnya yang tampan menjadikan dirinya sangat mempesona. Tak satu pun gadis di Makkah yang tak mendambakan menjadi istrinya. Termasuk juga para janda, bahkan wanita yang bersuami pun sangat mendambakan Mush’ab ibn Umair. Mungkin dalam pandangan kaum pragmatis di abad modern ini Mush’ab ibn Umair adalah laki-laki yang sangat beruntung. Ia punya ketampanan, kekayaan, dan kemuliaan. Ibunya, Khannas adalah saudagar terkaya di Makkah. Namun Mush’ab tak pernah bersifat congkak dan menyombongkan diri. Ia justru dikenal sebagai pemuda yang santun dan rendah hati, lengkap dengan akhlak yang baik, serta kepribadian yang terpuji. Bahkan Mush’ab dikenal memiliki pemikiran yang cerdas lagi bijaksana.
             Ketika ia memutuskan diri untuk menganut ajaran Islam, seketika kehidupan Mush’ab ibn Umair berubah. Sang ibu yang sedianya sangat menyayanginya berubah menjadi ganas dan beringas, tatkala mengetahui Mush’ab mengikuti ajaran rasulullah saw. Berkali-kali Mush’ab dipenjara oleh keluarganya, namun ia tetap teguh dengan ke-Islam-annya.
Akhirnya, tatkala penduduk Yatsrib kian banyak yang ingin mempelajari Islam, rasulullah saw pun mengutus Mush’ab ibn Umair untuk mengajari mereka. Setiap hari Mush’ab ibn Umair menghabiskan waktunya untuk mengajarkan al-Qur’an kepada penduduk Yatsrib. Sampai akhirnya tibalah panggilan jihad di Gunung Uhud. Karena kelalaian pasukan pemanah di atas bukit, pasukan Islam yang tidak lama lagi akan memenangkan peperangan, justru diserang balik dan terus-menerus terdesak. Akhirnya banyak pasukan muslim yang terunuh dalam serangan balik itu. Bahkan, rasulullah saw sendiri menderita luka yang cukup parah. Di tengah kepanikan serupa itu Mush’ab ibn Umair dan beberapa sahabat lain menjadikan diri mereka sebagai benteng hidup untuk melindungi rasulullah dari serangan musuh. Sambil memegang panji Islam, Mush’ab berteriak lantang membangkitkan semangat tempur umat Islam. Ibn Qami’ah, seorang kavaleri Quraisy, berusaha menerobos benteng hidup yang melindungi rasulullah saw. Seketika Qami’ah mengayunkan pedangnya ke tubuh Mush’ab ibn Umair. Malang tak terhindarkan, pedang Qami’an membabat putus tangan Mush’ab. Panji Islam terjatuh. Namun, Mush’ab segera meraihnya dengan tangan kiri. Melihat hal itu, Qami’ah langsung membabat cepat tangan kiri sahabat yang gemar membaca dan mengajarkan al-Qur’an itu. Sekali lagi panji Islam terjatuh. Namun Mush’ab masih berusaha meraih panji itu dengan kedua lengannya yang tersisa. Apa boleh buat, dua penunggang kuda Quraisy dating membantu Ibn Qami’ah. Mereka mengepung Mush’ab hingga akhirnya utusan rasulullah untuk kota Yatsrib itu gugur sebagai syahid. Bahagialah Mush’ab ibn Umair.
       Atas peristiwa itu turunlah firman Allah SWT kepada umat Islam, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. 3: 169-170). Mush’ab sungguh sangat beruntung. Ia meninggal dalam keadaan membela agama Islam. Hari-harinya ia habiskan untuk berdakwah, mengajarkan Islam, membaca al-Qur’an. Sungguh sangat luar biasa Mush’ab ibn Umair. Kejadian yang menimpanya mengundang ayat suci al-Qur’an turun menjelaskan perihal dia yang sesungguhnya. Ketika para pencinta dunia, harta, tahta dan wanita mati maka habislah rizki baginya dan itulah awal kesengsaraan abadi yang akan dirasakannya. Sungguh sangat malang. Oleh karena itu, saudaraku seiman, bersemangatlah dalam mengisi hari dan waktumu untuk agama Allah secara sungguh-sungguh. Jangan mudah tergoda oleh bujuk rayu nafsu ataupun janji-janji Syetan. Kesenangan dunia hanyalah sementara, maka pergunakanlah hidupmu untuk akhiratmu. Bermujahadahlah agar engkau tetap berada dalam keridhoan-Nya. Semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk senantiasa mengisi waktu kita dengan amalan sholeh. Hingga saatnya kelak kita akan dipanggil oleh Allah dalam keadaan mulia lagi diridhoi oleh-Nya.
Sungguh tiada jalan lain untuk sukses hakiki, seperti Mush’ab ibn Umair telah raih, selain bermujahadah dalam menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya. Wallahu a’lam.

Imam Nawawi (Hidayatullah.com)

Rabu, 30 November 2011

Tazkiyatun Nafs: Jangan menunda-nunda beramal



Saif Al Battar
Sabtu, 26 November 2011 22:09:27
Orang yang akan melakukan perjalanan jauh pasti akan menyiapkan perbekalan yang cukup. Lihatlah misalnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Terkadang ia mengumpulkan harta dan perbekalan sekian tahun lamanya. Padahal itu berlangsung sebentar, hanya beberapa hari saja. Maka mengapa untuk suatu perjalanan yang tidak pernah ada akhirnya –yakni perjalanan akhirat- kita tidak berbekal diri dengan ketaatan ?! Padahal kita yakin bahwa kehidupan dunia hanyalah bagaikan tempat penyeberangan untuk sampai kehidupan yang kekal nan abadi yaitu kehidupan akhirat. Di mana manusia terbagi menjadi: ashabul jannah (penghuni surga) dan ashabul jahim (penghuni neraka). 
Itulah hakikat perjalananmanusiaa di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dna sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah berfirman yang artinya: 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr’: 18) 
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, 
“Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.”  (Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339) 

Umur Bukan Pemberian Cuma-Cuma 
Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan kembali. Setiap hari dari waktu kta berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Nabi bersabda yang artinya: 
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” 
(HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radliyallahu anha. Lihat Ash-Shahihah, no. 946) 

Jangan Menunda-nunda Beramal 
Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan: 
“Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.” 
Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu kalau umurnya akan panjang ? Kalau seandainya dia ditakdirkan panjang, apa ada jaminan dia akan sadar ? Atau justru akan bertambah kesesatannya ?! Allah berfirman yang artinya: 
“Dan tiada yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 
(QS. Luqman: 34) 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: 
“Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.”  (Ma’alim fi Thariqi ‘Ilmi hal. 32) 

“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi , janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.”  (HR. Al-Bukhari no. 6416) 
Selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan ? Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang ?! Allah berfirman menjelaskan penyesalan orang-orang kafir ketika datang kematian. 
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. ‘Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.”  (QS. Al-Mu’minun: 99-100) 
Umur Umat Ini 
Allah telah menakdirkan bahwa umur umat ini tidak sepanjang umur umat terdahulu. Yang demikian mengandung hikmah yang terkadang tidak diketahui oleh hamba. Nabi bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah: 
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.”  (Dihasankan sanadnya oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari, 11/240) 
Maksud dari hadits ini adalah bahwa keumuman ajal umat ini antara umur 60 hingga 70 tahun. Dengan bukti keadaan yang bisa disaksikan. Di mana di antara umat ini ada yang (mati) sebelum mencapai umur 60 tahun. Ini termasuk dari rahmat Allah dan kasih sayang-Nya supaya umat ini tidak terlibat dengan kehidupan dunia kecuali sebentar. Karena umur, badan, dan rizki umat-umat terdahulu lebih besar sekian kali lipat dibandingkan umat ini. 
Dahulu ada yang diberi umur hingga seribu tahun, panjang tubuhnya mencapai lebih dari 80 hasta atau kurang. Satu biji gandum besarnya seperti pinggang sapi. Satu delima diangkat oleh sepuluh orang. Mereka mengambil dari kehidupan dunia sesuai dengan jasad dan umur mereka. Namun mereka sombong dan berpaling dari Allah. Sehingga manusia pun terus mengalami penurunan bentuk fisik, rizki, dan ajal. 
maka manfaatkanlah sisa usia kita di jalan allah ‘azza wa jalla dengan memberantas kesyirikan di bumi ini dengan mengorbankan jiwa dan harta kita,Sehingga umat ini menjadi umat yang terakhir. Yang mengambil rizki sedikit dengan badan yang lemah dan pada masa yang pendek, mengambil jizyah dan atau ghanimah dan fa’i dari orang orang kafir yang hina. Supaya mereka tidak menyombongkan diri, dan hanya allah saja lah yang berhaq di ibadahi. maka untuk apa lagi kita menunda dan menanti untuk ‘amaliyat, sedangkan umur terus bertambah dan kematian tak terhindarkan. semoga allah ta’ala memberi karunia dan rahmat Nya kepada kita… dan ‘amaliyat kita diterima sehingga kita tergolong dalam golongan para syuhada….Amin
 
 wallahu ta’ala a’lam bis showab..
 
 (ashabul kahfi/arrahmah.com

Selasa, 29 November 2011

Keagungan Bulan Muharram


Kini kita berada di pekan pertama bulan Muharram 1433 H. Bulan Muharram adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Ia merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan salah satu dari empat bulan Haram.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah (9): 36)
وعَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : .. السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Dari Abu Bakrah RA dari Nabi SAW bersabda: “Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan Haram. Tiga bulan Haram berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzuhijah, dan Muharram. Satu bulan Haram lainnya adalah Rajab bangsa Mudhar yang berada di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bulan ini disebut bulan Muharram karena tergolong sebagai bulan Haram, sekaligus sebagai penegasan keharaman melakukan peperangan dan tindakan kezaliman lainnya di bulan ini. “Sebagaimana firman Allah di atas (yang artinya): “Maka janganlah kalian menganiaya diri dalam bulan yang empat itu!” (QS. At-Taubah (9): 36)
Imam Adh-Dhahak bin Muzahim berkata, ”Bulan-bulan tersebut disebut bulan Haram agar tidak terjadi peperangan pada bulan-bulan tersebut.”
Maksud ayat yang mulia di atas adalah janganlah kalian melakukan kezaliman dalam empat bulan yang Haram tersebut, karena larangannya dan dosanya lebih besar disbanding kezaliman pada bulan-bulan yang lain, meski pada dasarnya kezaliman kapan pun dilarang oleh Islam.
Sahabat Ibnu Abbas RA berkata: “Janganlah kalian melakukan kezaliman dalam seluruh bulan. Kemudian Allah secara khusus menyebutkan empat bulan. Allah menjadikannya sebagai bulan Haram dan Allah menegaskan larangan yang lebih kuat atas kezaliman pada bulan tersebut. Perbuatan kezaliman pada bulan tersebut akan lebih besar dosanya, dan amal shalih pada bulan tersebut akan lebih besar pahalanya.”
Qatadah bin Di’amah as-Sadusi berkata: “Sesungguhnya perbuatan kezaliman pada bulan-bulan Haram adalah lebih besar kesalahan dan dosanya, dibandingkan kezaliman pada bulan-bulan yang lain. Meskipun kezaliman dalam keadaan apapun besar dosanya. Namun Allah mengagungkan dari urusan-Nya apa saja yang Allah kehendaki.”
Wallahu a’lam bish-shawab
(muhib al-majdi/arrahmah.com)